Bagi pasangan muda-mudi yang tengah kasmaran, maka yang nampak bagi
mereka hanyalah keindahan. Keindahan saat bersama, juga keindahan saat mereka
melepaskan segenap kerinduan yang menggumpal dalam dada. Begitu indahnya cinta,
sehingga lahirlah berjuta-juta syair cinta yang begitu sentimental, melankonis,
bahkan puitis. Kata-kata cinta pun turut mengiringi dawai asmara yang mereka
lantunkan. I Love You, Ana Uhibbuk, Aku Cinta Kamu, Aku Sayang Kamu
serta berjuta kata meluncur manis ketika perasaan cinta meminta untuk segera
terucap dan setelah itu, yang ada cuma keindahan.
Cinta memang kelembutan dan kecenderungan hati kepada yang
dicintai. Cinta adalah landasan dalam memilih jalan hidup dan kebahagiaan.
Suatu hubungan akan terasa hampa jika cinta kehilangan jati dirinya. “Hidup
tanpa cinta laksana taman tanpa berbunga”, “Hidup tanpa cinta laksana langit
tak berbintang”. Begitu tutur muda-mudi yag tengah menikmati indahnya
cinta. Kadang mata tak mampu terpejam lena dan makan tak nafsu, hanya karena
membayangkan dia, yang dicinta. Saat tidur, terkadang pula dia hadir dalam
mimpi memberikan seulas senyum bagi kedamaian hati yang tengah di mabuk cinta.
Cinta memang anugerah ilahi yang tiada terkira. Rasulullah saw sendiri mengakui
akan hal ini. Beliau menyatakan dalam sabdanya, “Diberikan cinta kepadaku
dari dunia kalian; wanita dan wewangian. Dan dijadikan shalat sebagai penenang
hatiku’. (HR: Bukhari dan An-Nasa’i).
Dengan demikian, maka sungguh merupakan peristiwa yang paling indah
saat cinta datang menyapa, memberikan warna tersendiri dalam kehidupan, menjadi
teman saat malam kelam, bahkan sanggup menjelma dalam mimpi yang indah.
Keindahan yang mungkin tidak bisa terlukiskan oleh kata-kata. Terlebih lagi
ketika cinta yang telah bersemi itu tidak bertepuk sebelah tangan dan berwujud
menjadi kenyataan.
Jika seorang pria telah menaruh hati pada seorang dara jelita, maka
dpat dipastikan bahwa perhatiannya pasti akan tertumpah kepadanya. Ia akan
sedapat mungkin memberikan apa saja kepada si dia. Ia juga tidak akan melewatkan
begitu saja hari-harinya hilang lenyap tanpa kekasih hati berada di sisinya.
Cumbu rayu, kata-kata indah, senyum kemesraan terus menerus mengalun syahdu
mengiringi nyanyian cinta yang mereka dendangkan. Cinta memang menghanyutkan
segala-galanya dan banyak cerita menarik yang berhasil dikarang dandihayalkan
melalui cinta.
Dalam kaitannya dengan ini, Abu Al-Ghifari dalam bukunya “Remaja
& Cinta” menulis ada beberapa hal mengapa seorang pria menaruh hati kepada
seorang dara.
a.
Ada Pesona Keindahan (Fisik)
Seorang pria
pada umumnya menilai seorang dara pada awalnya pada penampilan fisik. Tentu
saja hal ini sifatnya subjektif, artinya setiap orang berbeda-beda menilai
fisik seorang wanita. Bisa jadi, menurut di fulan, wajah si A begitu cantik dan
menarik, tetapi tidak demikian menurut si B.
Disadari atau
tidak kecantikan merupakan pendorong yang begitu kuat akan munculnya perasaan
yang bermata dua selama berabad-abad. Terkadang karena kecantikan seorang dara
muncul rasa cinta, tetapi terkadang dengan kecantikan pula pertumpuhan darah
menjadi tak terelakkan. Begitu kuat pengaruh kecantikan menghipnotis pandangan
anak mata kaum pria, bahkan mampu memunculkan imajinasi yang sangat luar biasa,
juga dapat pula menumbuhkan kekuatan emosional kepada siapapun yang melihatnya.
Kecantikan
seorang wanita memang menjadi pesona tersendiri dalam hati seorang pria. Bahkan
terkadang lukisan kecantikan seorang wanita ditumpahkan dalam coretan-coretan
indah, diibaratkan dengan kiasan-kiasan yang mempesona serta tidak jarang pula
menjelma dan bersenyawa dalam jiwa, sehingga memunculkan kata-kata cinta.
Walaupun
kecantikan seorang wanita mampu membangkitkan hasrat cinta di hati pria, namun
bukan berarti kecantikan adalah segala-galanya. Kecantikan bukanlah penentu
kebahagian dalam berumah tangga, sebab kecantikan hanyalah sementara, (tidak
abadi). Oleh sebab itu, jangan jadikan kecantikan sebagai orientasi dalam
bercinta, walaupun kecantikan penting adanya. Jadikanlah kepribadian dan agama
sebagai landasan utama dalam merajut tali asmara, dan kalau bisa lengkap dengan
kecantikannya.
b.
Ada Pesona Kepribadian
Sebagaimana
pria barangkali tidak mensyaratkan kecantikan fisik dalam bercinta, tetapi
lebih menjunjung tinggi kecantikan mental dan kepribadian, sebab kepribadian
dinilai lebih abadi daripada fisik. Kepribadian meliputi akhlak yang mulia,
setia, terbuka, dan berwawasan yang luas. Dari kepribadian yang unggul ini,
maka lahirlah sosok yang berwibawa.
Dalam mengayuh
bahtera rumah tangga, peran kepribadian ini hampir meluputi sisi-sisi kehidupan
rumah tangga. Tanpa mentalitas (kepribadian) yang baik, niscaya kehidupan rumah
tangga akan cepat usang. Apalagi jika terjadi problem dalam rumah tangga, maka
disinilah peran utama kepribadian.
Sementara unsur
kecantikan, yang meskipun sangat dibutuhkan, namun pada saat-saat tertentu
tidak akan berarti, terlebih jika faktor kecantikan ini dikaitkan dengan usia,
maka kecantikan akan segera memudar dan berganti dengan kulit kering keriput.
Karena itu,
tertarik pada indahnya kepribadian merupakan landasan untuk mencintai seorang
wanita yang kelak akan dapat membawa rumah tangga menjadi rumah tangga sakinah,
mawaddah wa rahmah. Di samping itu pula kepribadian termasuk landasan
yang kuat untuk menyelamatkan masa depan rumah tangga.
c.
Anda Unsur Material
Unsur-unsur
material meliputi kekayaan dan jabatan. Tidak sedikit kaum pria maupun wanita
yang melangsungkan perkawinan hanya karena dengan landasan ingin memiliki
kekayaan atau ingin diambil menantu orang yang berpangkat. Bahkan banyak pula
kasus selingkuh dengan alasan bahwa yang diperlukan dari istrinya di rumah
adalah hartanya, bukan tubuhnya. Ia mengakui bahwa tubuh istrinya sama sekali
tidak memiliki daya tarik, dan karen itu ia kemudian melampiaskan hasratnya
dengan mencari wanita-wanita kaya yang kesepian (WIL) wanita idaman lain.
Dengan begitu, ia merasakan kepuasan materi juga kepuasan seksual.
Cinta model
seperti ini merupakan cinta yang imitasi. Cinta yang bukan dalam arti yang
sesungguhnya, melainkan cinta yang dipenuhi dengan tendensi cinta yang hanya “ada
udang dibalik batu”.
d.
Ada Perasaan Ingin Memiliki dan Keserasian
Seorang
laki-laki mengakui kecantikan (fisik) seorang wanita, namun tidak ada perasaan
untuk mencintainya adalah laki-laki mata keranjang yang hanya berpikir untuk
kepuasan nafsunya saja. Adapun laki-laki yang mempunyai hasrat untuk memiliki
wanita itu akan berusaha mencari tahu tentang jati diri wanita tadi. Ia akan
menanyakan statusnya, pendidikan serta keluarga dan tempat tinggalnya.
Cinta tidak
akan terpadu manakala hanya salah satunya yang melihat atau memperhatikan.
Cinta akan terpaut jika satu sama lain saling bertemu dan satu rasa cinta. Jika
ternyata salah satu diantara dua anak manusia (laki-laki dan perempuan) tidak
memiliki cinta dan enggan untuk menemuinya, maka cinta akan bertepuk sebelah
tangan, dan cinta bertepuk sebelah tangan inilah yang menjadikan kehidupan
seseorang hancur.
Karena itu,
Islam mengajarkan tentang tata cara bagaimana memilih pasangan yang baik,
menurut konsep Islam, pasangan yang baik adalah pasangan yang layak dari sudut
agama. Adapun unsur kecantikan, kekayaan dan keturunan itu adalah faktor kedua
setelah agama. Rasulullah saw bersabda: “Wanita dinikahi karena empat
perkara: 1. Karena harta bendanya. 2. Karena keturunannya. 3. Karena
kecantikannya. 4. Karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang mempunyai agama,
pasti kamu akan selamat”. (HR: Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).