Dalam sejarah awal munculnya agama Islam yang dibawa oleh
Rasulullah saw, umat Islam telah mendapat tekanan dari orang-orang kafir
Quraisy. Tekanan tersebut berupa pemboikotan, peyiksaan, intimidasi, perampasan
harta, hingga peperangan demi peperangan yang harus dihadapi umat Islam. Hal
tesebut didapati baik saat umat Islam berada di kota Mekah maupun sesudah
hijrah ke kota Madinah.
Tekanan terhadap umat Islam ternyata bukan hanya daro orang-orang
kafir Quraisy semata, namun bangasa Yahudi di antaranya dari Bani Qainuqa
Madinah telah berusaha merongrong umat Islam dengan pengkhianatan mereka
terhadap pemerintahan Rasulullah saw, pada saat beliau merintis berdirinya
negara Islam pertama, negara al-Madinah al-Munawwarah atas kesepakatan damai
dengan orang-orang di luar Islam yang tersebar di Kota Madinah saat itu.
Kesepakatan tersebut menjadi terkenal dengan istilah Mitsaqul
Madinah (Piagam Madinah). Namun peraturan yang sudah baik dan indah tesebut
dikhianati oleh orang-orang Yahudi, hingga berakhir dengan pengusiran
orang-orang Yahudi Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Quraidhah dari negara
Madinah oleh Rasulullah saw. Dari sinilah bermula intrik-intrik kaum Yahudi
dalam upaya melancarkan serangan balasan dengan berbagai macam cara, baik fisik
maupun moral demi kehancuran umat Islam.
Belum usai kaum Yahudi dalam menyusun strategi penghancuran Islam,
datanglah ancaman dari musuh yang lain. Dalam satu peristiwa besar yang tidak
akan terlupakan oleh sejarah “Perang Salib” yaitu peperangan antara umat Islam
dengan orang-orang Nasrani, yang terjadi pada tahun 1096 – 1291 M atau selama
dua abad yang berlangsung di kawasan Palestina dan Syam (Yordania, lebanon, dan
Syiriah).
Peperangan demi peperangan tentunya membawa korban yang tidak
sedikit. Baik nyawa para syuhada maupun warisan peradaban yang agung dan mulia
yang tertulis dalam karya-karya ulama salaf. Setelah orang-orang Nasrani
memboyong dan mengalihbahasakan karya-karya monumental tersebut, mereka
membumihanguskannya sehingga hanya beberapa karya saja yang bisa sampai pada
umat Islam saat ini.
Konflik ini ternyata masih membekas di kalangan orang-orang Kristen
Barat hingga prsepsi mereka terhadap Islam selalu dikaitkan dengan Demonism (kepercayaan
kepata setan). Umat Islam tidak akan pernah lupa akan tulisan Salman Rushdie The
Satanic Verses (Ayat-ayat Setan).
Di samping pelecehan semacam itu terhadap umat Islam, banyak hal
yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam yang sangat menyakitkan beupa
pembataian-pembantaian sadis dan berdarah-darah.
Umat Islam di Palestina dengan senjata yang sangat sederhana, harus
berhadapan dengan Yahudi Israel yang dipersenjatai Amerika dengan peralatan
modern. Etnis Bosia-Herzegovina muslim dibantai oleh milisi dan militer Kristen
Ortodoks Serbia. Sebanyak 150 juta umat Islam harus merasakan pahitnya
kolinisasi Inggris dan Prancis. Muslim Moro di Pulau Manado mendapat tekanan
dari pemerintah Filipina (Kristen).
Umat Islam di India, khususnya Kashmir, tidak kalah menderitanya
oleh keganasan kaum mayoritas Hindu dan Sikh. Penderitaan etnis Albania muslim
di Provensi Kosovo dari pembantaian militer Kristen Serbia (Yogoslavia).
Pemusnahan muslim dari bumi Andalusia (Spanyol) melalui pengadilan Taftisy (Api,
pilihan bagi umat Islam, dibaptis atau dibakar hidup-hidup, pascakemenangan
kekuatan Kristen, di bawah komando Raja Ferdinand dan Ratu Isabella.
Pembunuhan terhadap muslim Eritrea oleh militer Marxis – Salibis
Ethiopia. Penyerbuan dan pembumihangusan militer Komunis Rusia terhadap dua
provinsi Islam yang menyatakan kemerdekaannya, Chechnya dan Dagestan, hingga
saat ini aroma kepulan mesiu masih menyengat di kedua provinsi tersebut.
Umat Islam Indonesia tentunya harus selalu waspada terhadap
kemungkinan munculnya kembali bahaya laten Komunis, terutama dengan adanya
upaya Abdurrahman Wahid semasa menjabat presiden RI untuk mencabut TAP MPRS
XXV / Th 1966 tentang pernyataan Partai
Komunis sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Indonesia, demikian
juga pelarangan penyebaran paha Marxisme – Leninisme. Umat Islam wajib
menentang upaya-upaya pencabutan tersebut dari mana pun datangnya, tanpa harus
memperdulikan resikonya.
Refrensi Bacaan
Umari, Akram Dhiauddin, Masyarakat Madani, Cet. II,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999).
Schuman, Olaf, Agama dan Dialog Antarperadaban, Cet. I,
(Jakarta: Paramadina, 1996).