Istilah “pendidikan” dalam konteks Islam lebih banyak dikenal
dengan istilah “at-tarbiyah, at-ta’lim, at-ta’dib, dan ar-riyadhah”.
Setiap istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, karena perbedaan teks dan
konteks kalimatnya, walaupun dalam hal-hal tertentu, istilah-istilah tersebut
mempunyai kesamaan makna.
a.
Tinjauan Etimologi
Dalam
leksikologi Al-Qur’an tidak ditemukan istilah at-tarbiyah tetapi ada
istilah yang senada dengan istilah at-tarbiyah yaitu ar-rabb,
robbayani, murobbi, ribbiyun, robbani. Sebaliknya dalam hadits nabi
digunakan istilah robbani. Semua istilah tersebut mempunyai konotasi
makna yang berbeda-beda, apabila at-tarbiyah diidentikkan dengan ar-rabb,
Karir Al-bastani dkk mengartikan ar-rabb dengan tuan, pemilik,
memperbaiki, perawatan, tambah, mengumpulkan, dan memperindah.
Pengertian tersebut merupakan interpretasi dari kata ar-rabb dalam surat
Al-Fatihah, yaitu merupakan nama dari nama-nama Allah SWT.
Apabila istilah
at-tarbiyah diidentikkan dengan bentuk madhi-nya robbani sebagaimana
yang tertera dalam surat Al-Isra’ ayat 24 (kama robbayani shoghiroh) dan
bentuk modhari-nya nurobbi dalam surat Asy-Syu’ara ayat 18 (alam
nurobbika finaq waliida), at-tarbiyah mempunyai arti mengasuh,
menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan,
mempertumbuhkan, memproduksi dan menjinakkan.
b.
Tinjauan Terminologi
Apabila
pendidikan Islam diidentikkan dengan istilah at-tarbiyah, Muhammad
Jamaluddin Al-Qosimi mendifinisikan at-tarbiyah dengan “hiya
tabliggusy sy’i ila kamalihi, syaian fa syaian” yaitu proses penyampaian
sesuatu sampai batas kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap.
Musthafa
al-Ghalayani berpendapat bahwa at-tarbiyah adalah penenaman etika yang
mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan
nasihat, sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kopetensi jiwa yang mantap,
yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik cinta akan kreasi dan berguna
bagi tanah airnya.
Apabila
pendidikan konteks Islam diidentikkan dengan istilah at-ta’lim, Abdul
Fatah Jalal memberi pengertian at-ta’lim dengan proses pembentukan
pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah,
sehingga terjadi penyucian atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran
dan menjadikan diri manusia itu berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk
menerima al-hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan
yang tidak diketahuinya.
Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa lingkup istilah at-ta’lim lebih universal
dibandingkan dengan lingkup istilah at-tarbiyah. Hal ini karena at-ta’lim
mencakup fase bayi, anak-anak,
remaja, bahkan orang dewasa. Sedangkan at-tarbiyah, khusus diperuntukkan
pada pendidikan dan pengajaran pada fase bayi dan anak-anak.
Apabila
pendidikan konteks Islam merupakan ekivalensi dari istilah at-ta’dib,
yang menurut a-Naquib al-Attas istilah tersebut merupakan istilah yang cocok
untuk dipergunakan sebagai istilah dalam pendidikan Islam. Hal ini karena
konsep inilah yang sebenarnya diajarkan oleh Nabi saw pada umatnya pada waktu
dahulu.
Adapun
pengertian at-ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di
dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
Sebaliknya,
istilah ar-riyadhah hanya khusus dipakai oleh Imam AL-Ghazali, dengan
istilah “riyadhatusshibyan” artinya pelatihan terhadap pribadi individu
pada fase kanak-kanak.
Imam AL-Ghazali dalam mendidik anak, lebih menekankan aspek efektif dan
psikomotoriknya dibandingkan dengan aspek kognitif. Hal ini karena jika anak
kecil sudah terbiasa untuk berbuat sesuatu yang positif, masa remaja atau
dewasanya lebih mudah untuk berkepribadian yang saleh, dan secara otomatis,
pengetahuan yang bersifat kognitif lebih mudah diperolehnya. Namun sebaliknya,
jika mulai kecil terbiasa berbuat naif, di hari tuanya, anak tersebut
membiasakan aktivitas baik walaupun tingkat keilmuannya memadai. Berdasarkan
atas hal tersebut, Al-Ghazali memakai istilah ar-riyadhah
sebagai alternatif dalam pendidikan Islam.
Dari beberapa
pengertian at-tarbiyah, at-ta’lim, at-ta’did dan ar-riyadhah di
atas, para ahli pendidikan Islam mencoba memformulasikan hakekat pendidikan
Islam sebagai berikut:
Muhammad SA
Ibrahimy (Bangladesh) menyatakan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah pendidikan
Islam dalam arti yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita
Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran
Islam.
Pengertian tersebut mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan,
tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islami yang diamanatkan oleh Allah kepada
manusia, sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntunan hidupnya
seiring dengan perkembangan iptek.
Omar Muhammad
At-Toumi al-Syaibani mendifinisikan pendidikan Islam dengan: proses mengubah
tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya
dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi
diantara profesi-profesi asasi masyarakat.
Pendidikan tersebut memfokuskan pada perubahan tingkah laku manusia yang
konotasinya pada pendidikan etika. Disamping itu pendidikan tersebut menekankan
aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran profesinya dalam
kehidupan di masyarakat dan alam semesta.
Didapatkan
pengertian pendidikan Islam yaitu bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Pengertian ini
mengandung arti bahwa dalam proses pendidikan Islam terdapat usaha mempengaruhi
jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang
ditetapkan yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran,
sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai
dengan tujuan Islam.
Dari beberapa
pengertian yang telah dipaparkan di atas baik secara etemologi maupun
terminologi dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah proses transformasi
dan internaliasasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik
melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.