Di era modern ini, kecanggihan teknologi semakin mendunia dan
operasi multimedia semakin mengglobal, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa, dengan keadaan semacam itu dapat memudahkan manusia melakukan apa saja
yang mendatangkan manfa’at bagi dirinya sendiri dan orang lain serta lingkungan
sekitarnya dan sebaliknya dapat memudahkan pula melakukan hal-hal yang
mendatangkan malapetaka bagi dirinya sendiri dan orang lain serta lingkungan
sekitarnya. Itu semua penyebab dari silih bergantinya zaman dengan beberapa
proses perkembangan dan kemajuan.
Jika ditelusuri lebih dalam kembali, dapat diketahui bahwa tidak
hanya bidang teknologi yang mengglobal, melainkan sebagian dari manusia-manusia
ternama, yang menjadi sorotan masyarakat justru lebih mendunia dan memaparkan
rupa di depan layar media entertaiment dengan tujuan tertentu. Salah satunya
termasuk para pedakwah Islam yang biasa dikenal sebutan ustadz, ulama dan
semacamnya. Keadaan yang semacam ini memang memiliki dampak positif bagi
pendidikan terutama dalam hal keagamaan, tetapi disisi lain terdapat dampak
negatif terhadap citra Islam itu sendiri. Bagaimana tidak? Bagi pecinta media
entertaiment mungkin lebih tahu tentang informasi yang disiarkan didalamnya,
jangankan masalah aib, masalah kehidupan pribadi yang seharusnya tidak perlu
disiarkan justru menjadi informasi aktual. Padahal dalam Islam merahasiakan
yang seharusnya rahasia, dan menampakkan apa yang seharusnya ditampakkan,
laksana aurat manusia.
Akan tetapi yang manjadi pokok permasalahan dalam hal ini adalah
seputar manusia ternama dalam Islam yang sekarang menjadi tontonan masyarakat
di layar kaca yang biasa disebut ustadz. Tidak dapat disadari seorang ustadz
jika sudah masuk dalam perangkap media, pada mulanya biasa menjadi luar biasa,
itu adalah kebanggaan yang wajar bagi manusia, tetapi lebih urgen lagi
perubahannya menjadi ustadz selebretis yang menjadi bahan pembicaraan publik.
Menjadi orang ternama, merupakan sebuah kebanggaan yang
diidam-idamkan seseorang, akan tetapi kebanggaan itu jangan sampai menjadi budak
dalam diri kita, sehingga kita lupa dengan apa yang akan terjadi di masa
mendatang. Sebagaimana yang kita saksikan dengan kacamata material maupun
spiritual, banyak orang ternama yang pada akhirnya bersanding dengan beberapa
kasus yang menjadikan dirinya bersemayam dibalik jeruji besi hitam penuh dengan
penyesalan (penjara). Hal ini harus dijadikan pelajaran bagi seluruh umat
manusia baik yang bergulat di dunia entertiment maupun yang tidak sama sekali.
Berbagai kasus yang terjadi pada artis sudah menjadi budaya dalam
kehidupannya, akan tetapi yang lebih berbaya lagi adalah seorang ustadz atau
ulama yang terjaring kasus baik dalam hal sikap, perkataan, perbuatan dan
pekerjaan. Kenapa demikian? Sebab jika hal itu terjadi akan menimbulkan dampak
pencemaran dari berbagai segi, seperti dari segi keluarga, masyarakat, dan
terutama segi agama akan menjadi tercemar.
Bukankah seorang ustadz atau ulama harus memberikan contoh yang
baik terahadap seluruh umat manusia? Dan bukankah seorang ustadz mengetahui
tentang etika dalam bergaul dengan masyarakat luas? Tapi mengapa? Ilmu pengetahuan
sudah dimiliki, ilmu keagamaan sudah dikuasai, ilmu hukum sudah dipahami, masih
saja terjerat dengan kasus yang sama dengan seorang yang dangkal dengan
pengetahuan; baik agama, hukum, etika dan lain sebagainya. Bukankah ini sama
halnya dengan penderitaan dalam hidupnya. Na’udzubillah.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya “self control” dalam diri
yang kuat serta mangaplikasikan kata pepatah “Berfikirlah sebelum berbuat”
sehingga tidak akan ada penyesalan jika mengalami sebuah musibah yang menimpa
dalam hidupnya.