Pada dasarnya, etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi
serta metode pada tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral atau
menerjemahkan berbagai nilai itu ke dalam norma-norma dan menerapkannya pada
situasi kehidupan konkret.
Sebagai
ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat, ia mencari keterangan
(benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari
ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia.
Dalam arti
etis, baik dan buruk ini memainkan peranan dalam hidup setiap manusia. Tak
hanya sebatas kini, tapi juga di masa lampau. Ilmu-ilmu seperti antropologi
budaya dan sejarah memberitahukan kita bahwa pada semua bangsa dan dalam segala
zaman ditemukan keinsafan tentang baik dan buruk, tentang yang harus dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.
Sebagai ilmu
dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian
dari manusia, tetapi untuk semua manusia. Apa yang ditemukan oleh etika mungkin
memang menjadi pedoman bagi seseorang, namun tujuan pertama dan utama dari
etika bukanlah untuk memberi pedoman, melainkan untuk tahu. Atau, seperti
ungkapan Poedjawijatna "etika mencari dengan kemungkinan untuk keliru, dan
kalau keliru, akan dicari lagi sampai terdapat kebenaran."
Etika
sebetulnya merupakan bagian dari aksiologi, yakni kajian filsafat tentang
nilai. Nilai adalah suatu kualitas yang kita berikan kepada sesuatu (objek)
sehingga sesuatu itu dianggap bernilai atau tidak bernilai
Menurut
Koenstenbaum etika pada dasarnya berkenaan dengan dua persoalan berikut ini,
yakni:
1.
Persoalan mengenai kehidupan yang
baik, mengenai perintah-perintah atau keharusan-keaharusan moral.
2.
Teori-teori etika (metaetika).
Dalam Islam
nilai (etika) direntang menjadi lima kategori: baik sekali, baik, netral,
buruk, buruk sekali (wajib, sunnah, mubah, makruh, haram). Nilai dalam Islam ditentukan
oleh Tuhan. Teori-teori baik-buruk dari hidonisme mengajarkan bahwa
sesuatu dianggap baik bila mengandung (kenikmatan, kepuasan) bagi manusia.
Sedangkan bagi Vitalisme, baik-buruk ditentukan oleh ada atau tidak
adanya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek yang dinilai. Manusia yang
kuat, ulet, cerdas, itulah manusia yang baik. Adapun bagi Utilitarianisme
menyatakan bahwa yang baik adalah yang berguna.
Dalam hal
ini, etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika berkaitan
erat dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah-masalah predikat nilai "susila" dan "tidak susila",
"baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan
kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang
menunjukkan bahwa orang yang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila.
Sesungguhnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
kebenaran dalam hubungannya dengan tingkah laku manusia.
Dari cabang
filsafat lain etika dibedakan oleh karena tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan bagaimana ia harus bertindak. Etika adalah filsafat tentang praksis
manusia. Etika adalah praksiologik. Semua cabang filsafat berbicara tentang
"yang ada", sedangkan etika membahas "yang harus
dilakukan". Itu sebabnya etika tidak jarang disebut juga "filsafat
praktis". "Praktis", karena menurut Bertens, cabang ini langsung
berhubungan dengan perilaku manusia, dengan yang harus atau tidak boleh
dilakukan manusia.
Sifat dasar
etika adalah sifat kritis. Etika bertugas untuk mempersoalkan norma yang
dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar
itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu. Terhadap norma yang de facto berlaku, etika mengajukan
pertanyaan tentang legitimasinya. (Apakah berlaku de jure pula). Norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari
pertanyaan kritis ini akan kehilangan haknya.
Perlu diketahui bahwa, pokok permasalahan yang
dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni apa yang disebut benar dan apa yang
disebut salah (logika), mana yang
dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika),
serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi
yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, tentang
hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum
dalam metafisika; dan, kedua, politik: yakni kajian mengenai
organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.