Puasa dan sabar memiliki arti yang sama yaitu “menahan”. Lalu apa
yang membedakannya? Puasa diartikan dengan menahan haus, lapar dan hawa nafsu
dari fajar hingga terbenam matahari. Sedangkan sabar memiliki arti yang lebih luas,
ia dapat berarti kekuatan, keberanian, perbuatan atau sifat dengan intensitas
tertentu.
Allah berfirman dalam surat Al-Luqman ayat 200 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung”.
Dalam puasa kita semua belajar sabar dalam menahan lapar dan dahaga
serta segala hal yang membatalkan puasa tersebut mulai terbitnya fajar dan
tenggelamnya mentari di ufuk barat (sampai tiba saatnya berbuka puasa). Oleh
sebab itulah dalam ayat di atas disebutkan bersabarlah dan kuatkanlah
kesabaranmu.
Jadi puasa melatih kita bersabar dan juga melatih agar memiliki
intensitas kesabaran yang terus meningkat. Intensitas kesabaran yang terus
meningkat ini sangat diperlukan oleh seorang muslim secar umum dalam menghadapi
tantangan kehidupan. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Hai
hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu, orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan, dan bumi Allah itu luas.
Sesunggunhnya orang-orang yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas” (Qs: Az-Zumar : 10).
Selain merupakan suatu bentuk kesabaran dalam taat kepada Allah,
ibadah puasa juga sebagai perisai untuk
menjadi orang yang berpuasa dari perkataan kotor, keji dan sejenisnya. Nabi
Muhammad saw bersabda: “Jika seorang di antara kamu sedang berpuasa maka
janganlah berkata kotor dan pula berbuat keji”.
Selanjutnya, puasa juga membentengi orang yang berpuasa dari
neraka, sebagaimana diriwatkan Imam Ahmad dengan sanad yang baik dari sahabat
Jabir RA, bahwa Nabi Muhammad bersabda: “Puasa adalah perisai yang
dipergunakan seorang hamba untuk membentengi dirinya dari siksaan neraka”.
Disamping itu pula Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang berpuasa akan
memperoleh dua kesenangan yang tidak dimiliki oleh orang yang tidak berpuasa
yaitu: kesenagan ketika berbuka dan kesenangan ketika bertemu Rabb-nya.
Kesenangan ketika berbuka puasa ia telah mendapatkan kenikamatan dari
Allah sehingga dapat melakukan puasa sebagai bentuk ibadah yang paling utama, padahal
banyak sekali orang yang terhalang hatinya hingga tidak mau berpuasa. Di sisi
lain pula mereka merasa senang, sebab diperkenankan oleh Allah untuk menikmati
makanan, minuman dan bercampur dengan suami atau istri yang diharamkan pada
waktu ia berpuasa.
Adapun kesenangan ketika bertemu Rabb-nya ialah karena akan
mendapatkan balasan yang sempurna dari ibadah puasanya pada saat ia
membutuhkannya yaitu ketika ada seruan: “Manakah gerangan orang-orang yang
berpuasa? Silahkan mereka masuk surga melalui pintu yang bernama ar-Rayyan yang
tidak seorang pun diperkenankan memasukinya kecuali orang yang berpuasa”.
Keutaman dan keistimewaan puasa tidak akan dapat diperoleh oleh
semua orang kecuali mereka yang berpuasa dengan sunggu-sungguh serta menjaga
adab-adabnya dan mereka yang berhasil menghindari hal-hal yang dapat
membatlakan puasa baik lahir dan batin. Oleh sebab itu berpuasalah dengan
sungguh-sungguh dan jagalah batas-batasnya serta bertobatlah kepada Allah atas
kekurang sempurnaan dalam menjalankan ibadah puasa.