Kedudukan Al-Qur’an sebagai petunjuk adalah diperlukan dalam
kehidupan kita, terlebih saat kita masih sering menyaksikan barbagai macam
tindak kekerasan dan kriminal yang begitu kuat mempengaruhi dan merusak tatanan
kehidupan. Pembunuhan dan perbuatan keji lainnya begitu memprihatinkan,
sepertinya perbuatan itu dilakukan tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun bahkan
dianggap sebagai pilihan untuk mendapat kemuliaan. Demikian pula maraknya
aksi-aksi kriminal yang brutal dan menakutkan membuat peradaban ini semakin
tertinggal dan masa depan semakin jauh dari rasa beradab. Kita bersyukur
al-Qur’an telah memberikan penerangan dan harapan kehidupan yang lebih baik
untuk segera bangkit meraih kemenangan.
Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu
mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
Al-Baqarah: 218).
Ayat di atas benar-benar relevan dalam memberikan solusi dalam
penataan peradaban agar lebih berarti, dimana kita diberikan petunjuk dari-Nya
tentang orang-orang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk meraih kemuliaan
sebagai bentuk realisasi ketaatan kepada-Nya, yaitu orang yang beriman, berhijrah,
berjihad dan mengharap rahmat Allah sebagai satu kesatuan gaya hidup yang mampu
mencerahkan peradaban. Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Seorang muslim
yang membuat orang-orang muslim yang lain selamat dari lisan dan tangannya,
adapun orang yang berhijrah adalah orang yang hijrah meninggalkan
larangan-larangan Allah” (HR. Bukhari).
Hijrah yang dimaksud di dalam hadits ini mencakup dua bagian. Pertama;
hijrah secara batin, yaitu dengan meninggalkan bujukan-bujukan hawa nafsu
yang menyeret kepada keburukan dan meninggalkan rayuan setan. Inilah yang
disebut dengan hijrah dengan hati. Kedua; hijrah secara lahiriyah yaitu
dengan menyelamatkan agamanya dari terpaan fitnah-fitnah/kerusakan, kekacauan,
dan kerancuan.
Hijrah juga berarti gerakan perubahan dari keterpurukan menjadi
kejayaan, dari kehinaan menjadi kemuliaan, sebagaimana Allah berfirman: “Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah
tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia” (Qs. Ar-Ra’d: 11). [767] Bagi tiap-tiap manusia ada
beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa
Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini
ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah
sebab-sebab kemunduran mereka.
Dari gerakan perubahan inilah sehingga kehidupan manusia lebih
aman, damai dan sejahtera. Hijrah juga berarti pindah dari satu tempat ke
tempat lain, seperti hijrah Rasulullah Muhammad saw dari Mekkah ke Madinah, dan
Nabi sudah mengingatkan dalam sabdanya: “Tidak ada hijrah lagi sesudah
Fathun (setelah terbukanya kota Mekkah) bagi Rasulullah dan umat Islam namun
jihad dan niat (masih tetap ada)” (HR. Muslim).
Semangat berhijrah memberikan harapan guna menata peradaban yang
lebih ramah, santun dan damai, karena kejahiliyahan menjadi peradaban yang
penuh dengan kehinaan sehingga dengan berhijrah memotivasi kita semua untuk
menguatkan harapan dan teguh memperjuangkan kemuliaan.
Termasuk di dalam cakupan hijrah kepada Allah adalah dengan
mengikuti aturan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah dan rasul-Nya bagi
umat manusia. Baik aturan itu menyangkut masalah ibadah/ritual,
akhlak/perilaku, mu’amalah, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sebab Islam
adalah ajaran yang lengkap dan sempurna, meliputi berbagai sisi kehidupan.
Dengan tunduk kepada hukum-hukum Allah akan mendatangkan hidayah, ketentraman
dan keselamatan, di dunia dan akhirat.
Melakukan hal-hal yang Allah cintai dan menjauhi hal-hal yang Allah
benci merupakan sarana untuk menyelamatkan diri dari adzab dan murka Allah. Hal
ini merupakan buah dari faedah hijrah kepada Allah. Dengan melakukan ketaatan
dan meninggalkan maksiat. Dengan iman dan ketakwaan, meninggalkan kekafiran
dan kefajiran. Dengan ikhlas dan kesetiaan terhadap
tuntunan dan ajaran Rasulullah saw. Meninggalkan kemunafikan, riya’ serta
ajaran-ajaran baru yang tidak dituntunkan.
Rahmat Allah SWT begitu banyak dan sangat berharga bagi
kelangsungan hidup kita. Mereka yang selalu mengharapkan rahmat Allah,
merupakan seorang hamba yang telah sadar bahwa keberadaan dirinya tanpa
rahmat-Nya akan menuai kesesatan. Dengan mengharap ramat-Nya menjadikan hidup
senantiasa bersyukur, dan sikap inilah mengantarkan seseorang untuk selalu
berusaha membangun relasi yang harmonis dalam kehidupannya.
(www.nuryandi.com/addakwah/red).