Dewasa ini masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk dari
kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi, telah
memunculkan banyak masalah sosial. Masalah – masalah sosial yang dianggap
sebagai sosiopatik atau sakit secara sosial, dan secara sosial kita kenal
sebagai penyakit masyarakat itu merupakan fungsi sosial dari totalitas sistem
sosial.
Salah satu masalah sosial yang sudah mengglobal saat ini adalah
masalah seks bebas yang banyak terjadi pada kalangan remaja. Banyak dari mereka
yang masuk ke lembah hitam tanpa mereka sadari. Adanya dorongan seksual yang
mempunyai arti kecenderungan biologis untuk mencari tanggapan seksual dan
tanggapan yang berbau seksual dari orang lain, biasanya dari lawan jenis muncul
pada awal remaja dan tetap bertahan kuat sepanjang hidup. Ada perbedaan
pendapat tentang apakah dorongan seks dibawa dari lahir atau dipelajari.
Menurut beberapa sarjana yang mempertanyakan apakah ada suatu dorongan seks
bawaan, menegaskan bahwa impuls kita untuk mencari pasangan seks dan
menggunakan organ seks merupakan hasil dari belajar sosial. Akan tetapi, karena
bersifat universal dan terdapat pada semua manusia, kebanyakan ahli mengganggap
bahwa dorongan seks manusia adalah warisan biologis. (Paul Horton, 1987:147).
Pengertian Seks Bebas
Seks
adalah kata yang sangat tidak asing di telinga kita, tetapi anehnya seringkali
kita merasa tabu dan agak malu-malu jika menyinggungnya. Nah, kemudian agar
kita dapat membicarakan dan mendiskusikannya dengan bebas terbuka, maka para
ahli bahasa dan ilmuwan pun membuat seks ini menjadi ilmiah dengan menambahkan
akhiran “-tas” dan “-logi” menjadi “seksualitas” dan “seksologi”, sehingga
jadilah seksualitas adalah untuk dibahas dan didiskusikan, seksologi adalah
untuk ditulis secara ilmiah, dan seks adalah untuk dialami dan ‘dinikmati’.
Di dalam kamus, seks sebenarnya mempunyai dua arti, yaitu seks yang
berarti jenis kelamin atau gender, dan seks yang berarti senggama atau
melakukan aktivitas seksual, yaitu hubungan penyatuan antara dua individu dalam
konteks gender di atas.
Hampir masyarakat berpendapat bahwa perlu adanya pengaturan
penyelenggaraan hubungan seks. Sebab, dorongan seks itu begitu besar
pengaruhnya terhadap manusia seperti nyala api yang berkobar. Api itu bisa
bermanfaat bagi manusia, akan tetapi dapat menghancurkan peradaban manusiawi.
Demikian pula dengan seks, bisa membangun kepribadian seseorang, akan tetapi
juga bisa menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan. (Kartini Kartono,1981:22).
Variasi dari pengaturan dari penyelenggaraan seks bisa kita lihat
pada tradisi-tradisi seksual pada bangsa-bangsa primitif di bagian-bagian
dunia. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
serta komunikasi terjadilah banyak perubahan sosial yang serba cepat pada
hampir semua kebudayaan manusia. Perubahan sosial tersebut mempengaruhi
kebiasaan hidup manusia, sekaligus juga mempengaruhi pola-pola seks yang
konvensional. Maka pelaksanaan seks itu banyak dipengaruhi oleh penyebab dari
perubahan sosial, antara lain oleh: urbanisasi, mekanisasi, alat kontrasepsi, lamanya
pendidikan, demokratisasi fungsi wanita dalam masyarakat, dan modernisasi.
Sebagai efek samping yang ditimbulkan ada kalanya terjadi proses keluar dari
jalur dari pola-pola seks, yaitu keluar dari jalur-jalur konvensional
kebudayaan. Pola seks dibuat menjadi hyper modern dan radikal, sehingga
bertentangan dengan system regulasi seks yang konvensional, menjadi Seks Bebas.
Sedangkan pengertian dari Seks Bebas itu sendiri adalah hubungan seksual yang dilakukan
pra nikah (tanpa menikah), Sering berganti pasangan.
Faktor
Penyebab Terjadinya Seks Bebas
Faktor penyebab seks bebas yang dialami remaja dapat diasumsikan
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal:
a. Faktor internal atau lebih
lazimnya dari dalam diri seseorang remaja itu. Keinginan untuk dimengerti lebih
dari orang lain bisa menjadi penyebab remaja melakukan tindakan penyimpangan,
sikap yang terlalu merendahkan diri sendiri atau selalu meninggikan diri
sendiri, jikalau terlalu merendahkan diri sendiri orang remaja lebih mencari
jalan pintas untuk menyelesaikan sesuatu dia beranggapan jika saya tidak begini
saya bisa dianggap orang lain tidak gaul, tidak mengikuti perkembangan zaman.
b. Faktor Eksternal /
faktor dari luar pribadi seseorang remaja. Faktor paling terbesar memberi
terjadinya prilaku menyimpang seseorang remaja yaitu lingkungan dan sahabat.
Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama dalam satu geng, otomatis dia
akan tertular oleh sikap dan sifat kawannya tersebut. Kasih sayang dan
perhatian orang tua tidak sepenuhnya tercurahkan, membuat seorang anak tidak
betah berada di dalam rumah tersebut, mereka lebih senang untuk berada di luar
bersama kawan-kawannya. Apalagi keluarga yang kurang harmonis dan kurangnya
komunikasi dengan orang tua dapat menyebabkan seorang anak melakukan
penyimpangan sosial serta seks bebas yang melanggar nilai-nilai dan norma
sosial. Apabila ayah dan ibu mereka yang memiliki kesibukan di luar rumah akan
membuat anak-anak remaja semakin menjadi-jadi, sehingga mereka merasa tidak
diperdulikan lagi
Selain faktor internal dan eksternal di atas, ada juga faktor lain
yang secara umum dapat menyebabkan
terjadinya seks bebas. Jelas tidak ada faktor tunggal tetapi jelas bahwa
penyebabnya bukan kondom.
Faktor pertama: pergaulan. Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap
perilaku kita. Maka jika seseorang mempunyai lingkungan pergaulan dari kalangan
teman-teman yang suka melakukan seks bebas, maka dia juga bisa terpengaruh dan
akhirnya ikut melakukan seks bebas.
Faktor kedua: pengaruh
materi pornografi (film, video, internet dsb).Jika seseorang berulang kali
mengakses materi pornografi, maka ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks
bebas.
Faktor ketiga: pengaruh obat/narkoba dan alkohol. Seseorang yang bebas dari
pengaruh narkoba dan alkohol bisa berfikir jernih dan ini mencegah dia
melakukan perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan
alkohol, maka pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa mendorong terjadinya
perilaku seks bebas.
Faktor keempat: kualitas hubungan suami-isteri (buat yang sudah menikah). Jika
ada masalah dalam hubungan suami-isteri, maka ini bisa mendorong yang
bersangkutan melakukan hubungan seks
bebas. Jadi kombinasi dari sejumlah faktor diataslah yang merupakan penyebab seks
bebas dan bukan kondom.
Jadi untuk mereka yang khawatir bahwa kondom akan mendorong seks bebas,
marilah merenungkan kembali hal ini dengan jernih dan bijaksana. Adalah sangat
kecil kemungkinannya bahwa hanya gara-gara tahu tentang kondom atau menerima
pembagian kondom gratis maka seseorang mendadak lalu jadi berani jajan seks
atau melakukan hubungan seks berisiko.
Dampak Seks
Bebas
Ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks di kalangan
remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual. Seperti kita ketahui bahwa
banyak dampak buruk dari seks bebas dan cenderung bersifat negatif seperti
halnya, kumpul kebo, seks bebas dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita. Tidak
kurang dari belasan ribu remaja yang sudah terjerumus dalam seks bebas. Para
remaja seks bebas cenderung akibat kurang ekonomi.
Seks bebas dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan luar dan
salah pilihnya seseorang terhadap lingkungan tempatnya bergaul. Saat-saat ini
di kota besar sering terjadi razia di tempat-tempat hiburan malam seperti
diskotik dan tempat berkumpul para remaja lainnya dan yang paling sering
tertangkap adalah anak-anak remaja. Seks bebas sangat berdampak buruk bagi para
remaja, dampak dari seks bebas adalah hamil di luar nikah, aborsi, dapat
mencorengkan nama baik orang tua, diri sendiri, guru serta nama baik sekolah.
Padahal seks bebas bukanlah segalanya, dimana mereka hanya mendapat kenikmatan
semata, sedang mereka tidak memikirkan akibat yang harus mereka tanggung seumur
hidup. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi remaja yang terjerumus di dalam seks
bebas. Bayangkan saja jika seluruh remaja ada di Indonesia terjerumus dalam
seks bebas, apa jadinya nasib bangsa kita ini jika remaja yang ada tidak
memiliki kemampuan berfikir dan fisik yang baik, tentunya pembangunan tidak
akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas:
a.
Menciptakan kenangan buruk.
b.
Mengakibatkan kehamilan yang dianggap sebagai kecelakaan.
c.
Menggugurkan kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi.
Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum.
d.
Penyebaran Penyakit Kelamin.
e.
Timbul rasa ketagihan.
Adapun bahaya kehamilan pada remaja akibat pergaulan bebas dan seks
bebas, yaitu:
a.
Hancurnya masa depan remaja.
b.
Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama
kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
c.
Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian
(umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
d.
Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan
sekitarnya.
e.
Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non
medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
f.
Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh
undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat,
sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang
meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
g.
Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami
gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
Cara
Penanggulangan Seks Bebas
Hendaklah orang tua memperhatikan anak-anaknya tetapi orang tua
jangan terlalu mamanjakan anak mereka, karena bisa mengakibatkan dampak buruk
baginya karena dia sudah terbiasa dengan hal-hal yang enak-enak. Tetapi orang
tua juga harus memperhatikan anak-anaknya dengan mengarahkan ke hal-hal yang
positif dengan cara mendukung bakat yang dimiliki oleh anak tersebut, agar
dapat berguna dan berkembang. Tetapi seorang anak juga jangan terlalu egois
dalam memaksakan kehendak.
Bagi
para lembaga sosial harus bisa merangkul para remaja untuk masuk dalam suatu
organisasi dengan mengikuti berbagai kegiatan seorang remaja akan terarah
pikirannya dengan baik. Bagi lembaga keagamaan harus selalu mengarah ke imanan
dan ketaqwaan mereka terbina. Mendukung segala bakat-bakat anak remaja agar
mereka tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Tidak terlalu memaksakan
seorang dalam berbagai tindakan karena akan membuat tempramen seorang anak suka
emosional. Didiklah anak-anak dengan cara yang lambat agar mereka tidak selalu
membangkan segala suruhan atau perintah para orang tua.
Pencegahan pergaulan
seks bebas menurut agama, yaitu:
Ø Memisahkan tempat tidur anak.
Ø Meminta izin ketika memasuki kamar tidur orang tua.
Ø Mengajarkan adab memandang lawan jenis.
Ø Larangan menyebarkan rahasia suami-istri.
Pencegahan seks bebas dalam keluarga dapat dilakukan melalui:
Ø Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan
kepada anak-anak mereka.
Ø Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak
perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
Ø Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di
ruang yang sama.
Ø Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan
kata-kata yang sopan.
Ø Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang
baik.
Ø Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka
dengan berbagai aktivitas.
Ø Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu
merupakan sesuata yang paling berharga.
Ø Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
Digunakan upaya pencegahan atau penangkalan perilaku menyimpang dan
upaya kuratif yaitu pengobatan dan penyembuhan. Agar perilaku seks bebas pada
remaja dapat ditekan seminim mungkin, perlu dilakukan pencegahan yang baik dari
lingkup keluarga, pemerintah dan masyarakat. Adanya komunikasi yang efektif di
dalam keluarga antara orang tua dan anak mengenai pemahaman nilai-nilai moral
dan etika sekaligus memberikan pengertian mangenai pendidikan seks kepada
anak-anaknya sesuai dengan tingkat umurnya.
Sumber
Referensi
Horton, Paul.B. dkk., Sosiologi (
Jakarta: Erlangga, 1987).
Karono, Kartini, Patologi Sosial (Jakarta: Rajawali, 1981).
Zen. “Definisi Seks”. 2009. http://www.dhammacitta.org/pustaka/
Ebook/Dharma-Prabha/Dharma-Prabha-48.Pdf.
Adi Sasongko. “ faktor terjadinya seks
bebas”.2008. http://www.desentralisasi-kesehatan.net.