A.
Objek pengetahuan Mistik
Yang menjadi objek pengetahuan mistik adalah objek yang abstrak
supra rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin,
dan lain sebagainya. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui
pengetahuan mistik adalah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio,
yaitu objek-objek supra natural seperti kebal, debus, pelet, penggunaan jin,
santet.
B.
Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Pengetahuan mistik tidak diperoleh melalui indera dan tidak juga
dengan menggunakan akal rasional. Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa.
Immanual Kant mengatakan itu melalui moral, ada yang mengatakan melalui
intuisi, ada juga yang mengatakan melalui insight, al-Ghazali mengatakan
melalui qalbu.
Untuk mengetahui hakikat Tuhan, orang sufi mengatakan harus
menghilangkan sebanyak mungkin unsur nasut yang ada pada diri/jiwa dan
memperbesar unsur luhut. Unsur nasut adalah unsur jasmani, unsur luhut adalah
unsur rohani.
Untuk menghilangkan atau mengurangi unsur nasut itu, manusia harus
membersihkan rohaninya, membersihkan dari nafsu-nafsu jasmaniah. Ia harus
memperkuat rohaninya. Rohaninya akan sensitif atau peka. Caranya antara lain
seperti yang diajarkan oleh kaum sufi. Thariqat dalam hal ini adalah
cara dalam membersihkan diri. Thariqat dalam hal ini merupakan
epistemologi untuk memperoleh pengetahuan mistik.
Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang
disebut riyadhah. Dari riyadhah itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh
pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifah.
C.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenaran sain diukur dengan rasio dan bukti empiris. Bila teori
sain rasional dan ada bukti empiris, maka teori itu benar. Ukuran kebenaran
pengetahuan filsafat adalah logis. Bila teori filsafat logis, berarti teori itu
benar. Logis berarti masuk akal. Logis dalam filsafat dapat berarti rasional
atau supra rasional.
Kebenaran pengetahuan mistik diukur dengan berbagai ukuran. Bila
pengetahuan mistik itu berasal dari tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang
menyebutkan demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa surga dan
neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.
Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan, jadi sesuatu
yang dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat
disuruh melakukan sesuatu pekerjaan. Ya, kepercayaan kita itulah ukuran
kebenarannya. Ada kalanya diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini bukti
empiris itulah ukuran kebenarannya.
Satu-satunya tanda pengetahuan disebut pengetahuan mistik adalah
kita tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada di dalam suatu
kejadian mistik. Dalam contoh kebal, kita tidak dapat menjelaskan secara
rasional mengapa jarum tidak mampu menembus kulit orang kebal. Jadi yang
bersifat mistik adalah “mengapa”. Akan lebih merepotkan kita memahami sesuatu
teori dalam pengetahuan mistik bila teori itu tidak punya banyak bukti emperik,
sulit diterima karena secara rasional tidak terbukti dan bukti emperik pun
tidak ada.
Sumber:
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu (Mengurai Ontologi, Epistimologi,
dan Aksiologi Pengetahuan) (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013)