Akhir-akhir ini, terjadi suatu musibah yang cukup mengharukan di
Tanah Air. Di mana ada sebagian orang yang mengaku Islam, namun mereka lebih
tunduk kepada seorang Kyai daripada Allah dan Rasul-Nya. Padahal agama Islam
yang mereka peluk adalah milik Allah dan Rasulullah adalah orang yang membawa
risalah-Nya. Tetapi ketundukan mereka kepada Kyai lebih besar daripada kepada
Allah dan utusan-Nya. Apa yang mereka lakukan untuk sang Kyai, tak ubahnya
seperti bentuk penyembahan baru terhadap tuhan kecil. Yang lebih parah, mereka
sama sekali tidak menyadari kesalahan yang mereka lakukan.
Menurut Prof. Dr. Yususf Al-Qaradhawi, “Penyembahan kepada selain
Allah, bentuknya bermacam-macam. Dan yang paling berbahaya adalah penyembahan
manusia kepada manusia sesamanya. Di mana manusia itu tunduk dengan apa pun
keinginan orang yang disembahnya. Orang yang disembah itu dapat menghalalkan
dan mengharamkan apa saja yang dia kehendaki. Jika dia menyuruh, pasti
dilaksanakan. Dan jika dia melarang, pasti langsung dituruti. Dengan kata lain,
para penyembah ini telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada yang disembahnya.
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh si penyembah selain hanya mengikuti, tunduk,
patuh dan taat kepada orang yang disembahnya.
Kata beliau selanjutnya, “Padahal sesungguhnya, satu-satunya yang
memiliki aturan dan undang-undang dalam kehidupan ini, di mana mansuia harus
tunduk dan melaksanakannya dengn patuh adalah Allah SWT. Dia adalah Pengatur
kehidupan manusia, Raja manusia, dan Tuhan Manusia. Hanya Dialah yang berhak
menghalalkan dan mengharamkan, serta menyuruh dan melarang mereka. Sebagaimana
Allah SWT berfirman yang artinya: “Apa pun nikmat yang kalian peroleh, itu
semua adalah dari Allah” (Qs. An-Nahl: 53).
Apa yang dilakukan oleh para pengikut Kyai, tidak ada bedanya
dengan yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani. Mereka yang menanggalkan
kebebasan yang Allah berikan kepada mereka dan mereka serahkan kebebasan itu
kepada para pendeta dan para pemuka agamanya. Para pendeta dan pemuka agama
mereka itulah yang justru memegang kendali hidup mereka. Halal, haram,
perintah, dan larangan, semuanya ada di tangan tokoh agamanya, tanpa ada
seorang pun yang protes dan mengkritik. Tingkah laku mereka ini, oleh Allah SWT
dianggap sebagai perbuatan syirik dan penyembahan kepada selain Diri-Nya. Sebab
itulah Allah mencela sikap mereka dengan firman-Nya, Artinya: “Mereka
menjadikan para pendeta dan pemuka agamanya sebagai tuhan-tuhan selain Allah.
Begitu pula yang mereka lakukan terhadap Al-Masih Isa bin Maryam. Padahal
mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan yang satu. Tidak ada Tuhan
selain Dia. Maha suci Dia dari segala yang mereka sekutukan” (Qs. At-Taubah:
31).
Salah seorang ulama besar pakar tafsir dari madzhab Syafi’i, Imam
Al-Fakhrurrazi berkata, “Pengertian dari ayat di atas, bukan berati orang-orang
Nasrani meyakini para pendeta dan pemuka agama mereka sebagai Tuhan sesembahan
alam. Namun maksudnya adalah mereka tunduk, dan taat kepada para pendeta dan
pemuka agama mereka dalam semua perintah dan larangan-Nya. Beliau juga
mengatakan, “Jika Anda perhatikan dengan seksama, pasti akan Anda temukan
penyakit-penyakit fanatik madzhab, pendapat, pandangan, politik, dan golongan,
telah betul-betul terjadi serta menghinggapi banyak orang. Penyakit ini telah
mengalir pada urat nadi mereka, ahlu dunia.