Sesungguhnya ihsan atau kebajikan termasuk sepertiga bagian dari
agama Islam yang disepelekan dari sebagian umat Islam, sehingga amal-amal
kebajikan mereka tidak memperlihatkan hasilnya, hati dan jiwa mereka tidak
bersih, sehingga kecenderungan, kecintaan pertolongan dan dukungan mereka
kepada Allah boleh dikatakan amat kecil, kecuali dalam hati sebagian orang
mukmin yang masih dirahmati Allah. Adapun bukti yang paling nyata tentang
masalah itu adalah adanya rasa lemah, hina, tidak berdaya dan tidak adanya rasa
kesatuan dan ingin saling menolong di antara sesama umat.
Sesungguhnya arti ihsan yang termasuk sepertiga dan agama Islam
pernah ditegaskan oleh Jibril As. Kepada umat Islam, sebagaimana disebutkan
oleh Muslim dalam potongan hadits di kitab shahihnya yang sebagai berikut:
“Dari Umar ra juga berkata: Pada suatu hari, ketika kami sedang
duduk di sisi Rasulullah saw. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
berpakaian serba putih dan berambut sangat hitam, tidak terlihat pada dirinya
tanda seorang musafir dan tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Ia duduk
dihadapan Nabi saw, sambil merapatkan ke dua lutunya dengan lutut Nabi saw dan
meletakkan ke dua telapak tangannya di atas ke dua pahanya seraya berkata:
Wahai Muhammad saw, terangkan kepadaku tentang Islam.
Nabi bersabda: “Islam
adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa
Muhammad saw adalah utusan Allah, kerjakanlah shalat, zakat, puasa ramadhan,
dan pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu sampai ke sana.”
Jawah lelaki
itu: “Sungguh ucapanmu adalah benar.”
Kata para
sahabat: “Kami merasa heran kepada lelaki itu karena ia yang bertanya dan ia
pula yang membenarkannya.”
Kemudian lelaki
itu berkata: “Beritahukan kepadaku tentang imana.”
Nabi bersabda: “Iman
adalah hendaknya engkau percaya kepada Allah para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kemudian, dan takdir-Nya yang baik
maupun yang buruk.”
Jawah lelaki
itu: “Sungguh ucapanmu adalah benar.”
Kemudian lelaki
itu berkata: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan.”
Nabi bersabda: “Hendaknya
engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak
melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu........ (HR: Muslim).
Jika seorang telah disyari’atkan untuk beramal, amal apapun
bentuknya, maka ia akan yakin bahwa ia sendang melihat Allah, dan kalau tidak
demikian, maka ia tetap yakin bahwa Allah melihatnya, sehingga ia akan
memperindah amal-amal kebajikannya menurut yang semestinya itulah hasil atau
buah ihsan jika keyakinan semacam itu bersemayam di hati setiap muslim. Lain halnya,
seorang yang tidak mempunyai keyakinan semacam itu, maka ia tidak akan
memperindah amal-amal kebajikannya, sehingga ia tidak memperoleh hasil yang
memuaskan.
Ketahuilah bahwa Allah mewajibkan kita berbuat ihsan atau kebajikan
dalam segala perbuatan kita, tidak seorang pun yang mengerjakan amal-amal untuk
agamanya, kecuali ia harus memperindah dan memperbagusnya. Jika amal kebajikan
yang indah dan benar ketika telah mengerjakannya, maka akan membuahkan hasil
kesucian dan kebersihan hati dan jiwa raganya. Demikian pula, perbuatan apapun
yang dilakukan oleh seseorang akan disenangi oleh orang lain, jika ia
melakukannya dengan baik, sehingga ia dapat menghasilkan keuntungan yang luar
biasa besarnya. Itulah salah satu hasil atau buah dari kebajikan yang
ditetapkan oleh Allah atas segala sesuatu.
Di antara hasil atau buah dari ihsan atau kebajikan adalah
kecintaan kepada Allah yang dilimpahkan bagi mereka yang suka berbuat ihsan atau kebajikan,
sebagaimana firman Allah berikut:
Artinya: “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs: Al-Baqarah: 195).
Ketahuilah bahwa ihsan atau kebajikan sesorang yang telah sempurna,
keuali setelah ia mengetahui bahwa ia telah melakukan amal-amal kebajikannya
dengan baik, dan seorang yang tidak mengetahuinya, maka ia tidak dapat
melakukannya dengan baik.