Dewasa ini, sebagian manusia ada yang berlomba-lomba pergi merantau
hanya untuk mendapatkan kekayaan, ada juga yang keluar dari rumahnya hanya
untuk berfoya-foya, sebagian juga ada yang pergi meninggalkan keluarganya hanya
untuk mencari ilmu begitu seterusnya. Kehidupan dunia memang unik, dengan
keunikannya banyak penghuninya yang terlena sehingga lupa akan kewajibannya.
Dengan keunikan dunia menimbulkan banyak tipe manusia saling berlawanan antara
satu dengan yang lain. Ada tipe manusia tikus yang selalu mencuri barang yang
disimpan baik-baik, manusia kera selalu mengambil barang tanpa memperdulikan
hak orang lain, manusia singa yang selalu ingin jadi raja, manusia srigala yang
selalu mencari mangsa, manusia semut yang selalu bergerombol, dan ada juga manusia
lebah yang selalu menjaga harga dirinya.
Hal yang demikian itu sudah tidak asing lagi di kalangan
masyarakat. Bahkan hari-demi hari, tahun demi tahun budaya tersebut selalu
berkembang dengan luas dan selalu dijaga dengan penuh tanggung jawab. Pada
hakikatnya, manusia hidup di masyarakat sebagai mahkluk sosial yaitu sebagai
makhluk yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Seperti hal
burung jalak dengan seekor kerbau yang tergolong makhluk sisbiosis mutualisme. Keduanya
saling membutuhkan tanpa adanya kerugian di dalamnya. Alangkah indahnya jika
manusia hidup bermasayarakat menerapkan sikap simbiosis mutualisme, bagaimana
tidak?
Sikap simbiosis mutualisme jika menyebar luas di masyarakat, maka
tidak akan ada lagi yang namanya perbedaan ras, suku, dan lain sebagainya. Artinya
mereka akan saling hidup berdampingan, bantu membantu, tolong menolong dan
hidup dengan rukun serta tenggang rasa.
Allah swt berfirman dalam surat Al-Hujuraat ayat 13 yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Selama manusia masih hidup, entah itu berasal dari orang kaya,
miskin, berkulit putih, hitam dan lain sebagainya, sama sekali bukanlah sebuah
alasan untuk membeda-bedakan di antara yang lainnya. Oleh sebab itu kita harus
sadar, kita hidup bukanlah seorang diri melainkan hidup dengan saudara-saudara
seperjuangan (perjuangan untuk menempuh kehidupan abadi). Karena itu kebahagian
dan keberhasilan dapat kita raih dengan jalan saling nasehat menasehati antara
satu dengan yang lain dan saling tolong-menolong (merapkan sikap simbiosis
mutualisme).