Berbicara soal masa muda, ibarat menyelami lautan tak bertepi. Luas
dan kompleks. Sarat dengan hal-hal yang unik, menakjubkan tapi mengkhawatirkan.
Semangat membara dan keras dalam prinsip, menjadikan sosok pemuda adalah sosok
manusia dalam bentuk paling indah. Peran dalam kehidupan yang mereka ambil pun
cukup besar. Wajar jika estafet perjuangan hidup diserahkan sepenuhnya pada
para pemuda.
Meski demikian, perlu juga diwaspadai, masa ini adalah masa dimana
segala gejolak dan hasrat mencapai puncaknya. Sehingga untuk tergelincir pada
lembah kebinasaan terbuka lebar, sebagaimana peluang menuju kesuksesan pun luas
terhampar.
Kiranya kabar yang mencengangkan seperti; sekian persen mahasiwi di
beberapa Universitas telah kehilangan mahkota keperawanannya. Sekian persen
lagi kecanduan narkoba dan miras, sementara yang lain terlibat tindak kriminal;
sudah taka asing lagi.
Tingkat dekadensi moral membuat kita prihatin. Malangnya, oknum
yang terjangkit nota bene adalah muda-mudi muslim yang “makan bangku sekolah”. Generasi muda
yang sedianya dicalonkan menjadi kandidat tunggal pemimpin masa depan, yang
membutuhkan semangat membara dan pundak-lengan yang kokoh, kini nampak seperti
lelaki kurus penyakitan yang sekedar menyangga rahang saja tidak mampu.
Sementara tugas menegakkan agama dan bangsa, adalah tugas yang sama sekali tak
bisa dianggap enteng. Sebuah syair mengatakan :
“Urusan umat ada pada tangan para pemuda
Jika mereka maju, umat akan maju
Dan jika mereka mundur, umat akan mundur”
Ada asap ada api, tentu semua musibah ada sebabnya. Meski telah
banyak kajian dalam masalah ini, penyadaran perlu untuk selalu diulangi
sebagaimana bisikan setan tidak pernah berhenti menjangkiti;
Buta dari Mengenal Allah, Agama dan Rasul-Nya
Hal mendasar dari runtuhnya akhlaq pemuda Islam hari ini adalah
makin punahnya kemauan mempelajari ilmu agama. Hal mana pengetahuan tentang
Islam, pengenalan tentang Robbnya dan Rasul-Nya, akan sangat berpengaruh pada
pola kehidupannya. Semakin dalam pengetahuan agamanya, semakin banyak pula akhlaq
karimah terbias dalam perilakunya.
Jika ilmu agama tidak bisa
terinternalisasi dengan baik pada jiwa sehingga tidak bisa terelalisir pada
perilaku keseharian, maka kesalahan ada pada individunya bukan pada ilmu.
Imam Syafi’i berkata :
“ Aku mengadu tentang buruknya hafalanku pada Waki’
Ia menghimbauku agar meninggalkan maksiat
Dan Ia beritahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan pada ahli maksiat “
Kita tahu, masa muda adalah masa penuh gejolak dimana berbagai
dorongan jiwa kian mendesak. Meski
demikian, kita harus menyadari masa muda merupakan titik tolak dari masa yang
akan datang. Prestasi di masa ini adalah modal awal kesuksesan di masa tua. Dan
rusaknya masa muda adalah gerbang pertama menuju kehancuran. Kalau toh ada
seorang pemuda bejat yang sukses bertranformasi menjadi seorang soleh yang
sukses, maka bukan lain ini adalah Rahmat Allah yang Maha Luas. Dan tentunya
kita tidak akan “berbejat-bejat ria” terlebih dahulu dengan harapan bisa soleh
kemudian.
Meneladani Figur yang Salah
Fragmen “Tidak Gaul”, “Tidak Modern” dan lain sebagainya
menunjukkan bahwa parameter sebuah
perilaku dikatakan baik atau buruk, etis tidak etis, wajar atau kurang ajar,
seringkali sangat dipengaruhi faktor figur publik. Dan efek yang ditimbulkan
sangat bergantung intensitas show serta
popularitas. Dalam hal ini, nampaknya yang beruntung mendapat
"jabatan" sebagai publik figur paling berpengaruh adalah kalangan
entertainer, khususnya artis. Meski sebenarnya bukan karena kelihaian mereka membaca
kondisi sosial masyarakat sehingga bisa membuat apa yang mereka kerjakan
menjadi mode yang dianut, melainkan masyarakatlah yang terlalu mudah menerima
segala yang ada dan cenderung permisif.
Contoh dan tauladan yang baik hanya muncul di beberapa forum tertentu. Itupun kadang
hanya berupa kisah atau dongeng dari sang penyampai. Sedangkan penjelmaan dari
tauladan itu secara nyata pada sikap individu sangatlah sedikit. Dengan
demikian, jika para generasi muda Islam tidak
pandai-pandai mensikapi, memilah-milih dan berusaha mengontrol diri dan
lingkungan semampunya, bukan mustahil lingkungan bahkan dirinya sendiri akan
terinfeksi penyakit tersebut.
Berangkat dari rasa tunduk pada Sang Pencipta dan keimanan
kepadaNya, Pemuda Islam harus segera berbenah diri dan mulai melangkah.
Artinya: “Telah ada pada diri Rasulullah contoh yang baik, bagi
siapa yang berharap kepada Allah dan Hari Akhir ( Al Ahzab : 21).
Mudah Terpengaruh Persepsi yang Keliru
Gengsi, jaim (jaga image), ngetrend dan lainnya telah menjadi kamus
sakti kawula muda. Siapa yang tidak mengamalkannya akan dicap ketinggalan
jaman. Sebenarnya hal semacam itu tak
sepenuhnya salah, namun jika yang terjadi ternyata, demi semua itu rela
mengorbankan syariat bahkan menerjang
garis batasnya tentu yang semacam ini tidak bisa dibenarkan. Dan kenyataannya
apa yang disebut sebagai trend masa kini acapkali berbenturan dengan nilai–nilai
syariat Islam. Efek sampingnya, banyak pengamalan syariat yang berlawanan
dengan trend dianggap sesuatu tidak relevan dan kuno.
Tadinya seorang muslimah akan merasa risih dengan “baju adiknya” karena sempit dan
tidak kuasa menutup seluruh anggota tubuhnya, Sebuah rasa yang berasal dari
fitrah suci. Tetapi mode dan tren selalu berbicara sebaliknya, akibat lemahnya
fikrah dan ilmu, fitrah suci itu kian hari kian meredup dan bahkan hilang sama
sekali.
Kita sepakat bahwa pelecehan sexsual, zina, kriminal dan narkotik
serta miras adalah hal yang tidak akan pernah kita setujui, namun sebagian kita
kurang peka dengan perkara-perkara yang bisa menjadi jalan pembuka yang
mengarah ke sana. Pacaran menjurus pada perzinahan, pakaian yang tidak sesuai
syariat akan memantik pelecehan, berhias berlebihan memancing tindak kriminal.
Seperti kata Bang Napi, kejahatan terjadi bukan karena ada niat dari pelaku
tapi juga karena ada kesempatan.
Untuk itu, hendaknya benteng diri segera kita bangun dan perkuat
dengan “ batu” ilmu yang kuat berlapis baja dari rasa keimanan yang mendalam.
Sehingga virus-virus perusak seakan berputus asa dari menggempur pertahanan.
Tentunya semua itu membutuhkan kesabaran dalam menahan godaan dan perjuangan
yang kontinyu.
Kesuksesan generasi muda pendahulu kita selalu melandaskan setiap
pekerjaan pada apa yang telah digariskan Allah ta'ala. Kesabaran seorang pemuda
bernama Yusuf ‘Alaihissalam dalam menahan godaan dari wanita adalah hasil buah
pikirannya yang jernih serta keimanannya kepada Allah.
Sebuah keharusan bagi generasi muda Islam untuk selalu menumbuhkan
kesadaran akan betapa peran kita selalu dibutuhkan. Sekecil apapun yang bisa
kita sumbangkan untuk Islam akan sangat
bernilai dan akan dibalas dengan yang setimpal bahkan berlipat ganda.