وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ
هَوۡنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمًا
Artinya: Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqan:
63).
Agar sehat lahir dan batin, maka
saran terbaik yang seharusnya dipegang yaitu menjalani hidup sewajarnya atau
dengan kata lain hidup sederhana. Hidup sederhana bukan berarti hidup
berkekurangan atau dalam keadaan miskin. Hidup sederhana lebih memprioritaskan kebutuhan
dalam kehidupan bukan keinginan dalam kehidupan.
Zaman yang mengglobal banyak sekali
orang yang berambisi melakukan sesuatu di luar kemampuannya, sehingga tanpa
sadar hidupnya terbebani baik secara fisik maupun secara mental. Walaupun demikian,
kesadaran pun tak kunjung jua muncul dalam dirinya. Mungkin sudah terbuai,
terlena dengan kenikmatan dunia, padahal segala sesuatu yang memiliki unsur
keduniaan itu adalah sesuatu yang fana.
Islam mengajarkan untuk tidak
berlebihan dalam berbagai hal, guna menjaga dan memelihara kesehatan manusia yang
meliputi kesehatan lahir dan batinnya. Rasulullah SAW telah memberikan teladan kapada
manusia bagamana cara agar hidup kita benar-benar sehat wal’afiyat. Rasulullah
SAW bersabda:
مَا شَبِعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم مِنْ خُبْزٍ قَطُّ وَلاَ لَحْمٍ إِلاَّ عَلَى ضَفَفٍ
Artinya: “Rasulullah
SAW tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan
daging, kecuali jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai kenyang).”
(H.R. Tirmidzi).
Melalui redaksi hadits di atas
Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita semua agar isi perut selalu diatur;
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, sepertiga untuk udara. Tidak berlebihan
merupakan cara efektif agar seseorang tetap sehat.
Urusan harta, setiap orang memiliki
nafsu untuk memiliki banyak harta dan kekayaan. Bahkan Sebagian orang menganggap
bahwa kekayaan adalah symbol keberhasilan hidup. Dengan demikin tidak heran,
sekalipun seseorang itu tidak mampu lagi menggunakan dan memanfaatkan hartanya
yang begitu banyak, mereka pun tidak mau berhenti untuk mencarinya. Atas dorongan
nafsu yang sudah cinta mati akan harta seolah-olah dunia miliknya sendiri. Ini merupakan
gambaran sejati sifat tamak yang dimiliki oleh seseorang.
Lain halnya dengan ajaran Islam. Dalam
mencari rezeki, umat Islam diajarkan agar selalu selektif, yaitu harus memilih
yang terbaik dan halal. Umat Islam tidak diperbolehkan makan makanan yang buruk
dan haram, baik dari sisi jenis atau cara perolehannya. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ
كُلُواْ مِمَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ
إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 168).
Islam mengajarkan pula untuk
senantiasa menyesuaikan diri dengan kemampuannya dalam hal menunaikan hidup,
dan Allah pun tidak akan pernah membani seseorang di luar kemampuannya. Dengan demikian
tidak ada alasan lagi manusia di dalam menjalani hidupnya mengikuti Langkah-langkah
yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.