Adapun, lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah dan lingkungan
pendidikan masyarakat.
1.
Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama
bagi manusia karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan
ini sebelum mengenal lingkungan pendidikan yang lainnya. Selain itu manusia
mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.
Pendidikan keluarga disebut sebagai pendidikan utama karena di dalam lingkungan
ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan.
Pendidikan keluarga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pendidikan prenatal
(pendidikan dalam kandungan) dan pendidikan postnatal (pendidikan setelah
lahir).

Pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan) diyakini
merupakan pendidikan untuk pembentukan potensi yang akan dikembangkan dalam
proses pendidikan selanjutnya. Wujud praktek pendidikan prenatal cenderung
dipengaruhi oleh praktik – praktik budaya seperti doa untuk si janin, mitoni,
neloni, sirikan, dll. Sedangkan, pendidikan postnatal (pendidikan setelah
lahir) yaitu pendidikan yang diberikan kepada si anak setelah lahir dengan hal
– hal yang akan bermanfaat dan berguna dalam hidupnya. Wujud praktek pendidikan
postnatal yaitu cenderung pada pendidikan karakter dan perilaku dari individu
tersebut.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya yang
pertama meliputi motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan
anak. Cinta kasih ini akan mendorong sikap dan tindakan untuk menerima tanggung
jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak. Yang kedua yaitu motivasi
kewajiban moral orangtua terhadap anak. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai
– nilai religious spiritual untuk memelihara martabat dan kehormatan keluarga.
Serta tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga yang pada gilirannya
juga akan menjadi bagian dari masyarakat.
2.
Lingkungan Pendidikan Sekolah
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, orang merasa tidak
mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak
perlu persiapan khusus untuk mencapai masa kedewasaan. Persiapan ini perlu
waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga
tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini
dalam perkembangannya lebih lanjut dikenal sebagai sekolah. Sekolah merupakan
sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Salah satu
alternatif yang mungkin dilakukan di sekolah untuk melaksanakan kebijakan
nasional adalah secara bertahab mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat
pusat latihan (training centre) manusia Indonesia di masa depan.
Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah
yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri ke Indonesiaan.
Dengan demikian, pendidikan di sekolah
secara seimbang dan serasi bias mencakup aspek pembudayaan, penguasaan
pengetahuan, dan pemilik keterampilan peserta didik. Selain itu, sekolah juga
telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan manusia.
Sekarang sekolah tidak lagi berfungsi sebagai pelengkap pendidikan kelurga
tetapi merupakan kebutuhan. Hal itu disebabkan karena pendidikan berimbas pada
pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efisiensi yang merupakan ideologi
dalam pendidikan.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi tanggung
jawab formal kelembagaan (sesuai ketentuan dan perundangan pendidikan yang
berlaku), tanggung jawab keilmuan (isi, tujuan dan jenjang pendidikan yang
dipercayakan padanya oleh masyarakat dan pemerintah), tanggung jawab fungsional
(tanggung jawab profesi berdasarkan ketentuan jabatannya).
Terdapat empat macam pengaruh pendidikan sekolah terhadap
perkembangan masyarakat, yaitu:
a. Mencerdaskan kehidupan
masyarakat
b. Membawa pengaruh
pembaharuan bagi perkembangan masyarakat
c. Mencetak warga
masyarakat yang siap dan terbekali bagi
d. Kepentingan kerja di
lingkungan masyarakat
e. Melahirkan sikap-sikap
positif dan konstruktif bagi warga masyarakat,
sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah
masyarakat
3.
Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Selanjutnya,
manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh
manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata
lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan
sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul,
dan sebagainya. Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di
dalam lingkungan social atau masyarakat yaitu :
a. Pranata pendidikan
bertugas dalam upaya sosialisasi;
b. Pranata ekonomi bertugas
mengatur upaya pemenuhan Kemakmuran;
c. Pranata politik bertugas
menciptakan integritas dan stabilitas Masyarakat;
d. Pranata teknologi
bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia;
e. Pranata moral dan etika
bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat
Akhir
– akhir ini sekolah dinilai terjadi kesenjangan dengan masyarakatnya. Sekolah
dianggap cenderung arogan terhadap masyarakatnya sedangkan masyarakat kurang
peduli terhadap sekolah. Dalam banyak hal sekolah dinilai telah tertinggal dari
masyarakatnya dan kini banyak sekolah yang belajar dari masyarakat. Hal ini
karena berbagai inovasi seperti dalam hal teknologi terlebih dahulu terjadi di
masyarakat daripada sekolah. Dan hal ini tentu sangat wajar karena sekolah
hanya salah satu pranata yang ada dalam masyarakat diantara empat pranata yang lain. Selain itu,
masyarakatlah yang memiliki berbagai sumber daya yang memungkinkan untuk
mengembangkan berbagai inovasi.